Kepurbakalaan di Indonesia telah berlangsung sejak abad 18 dimulai dari kegiatan individual kemudian meningkat menjadi sebuah kelompok dengan nama Bataviaassch van kusten wetenchaappen pada tahun 1778. Kegiatan kepurbakalaan semakin berkembang setelah dibentuk Archaelogische Vereeniging tahun 1885, sebuah lembaga swasta yang diketuai Ir. J.W Ijzerman.
Pada tanggal 14 juni 1913 Pemerintah Hindia Belanda scara resmi membentuk Oudheidkundige Dienst in nederlandsch Indie yang diketuai oleh N.J. Krom dengan tugas pokok menyusun, mendaftar, mengawasi, melakukan pengukuran, penggambaran, membuat rencana dan tindakan penyelamatan, melakukan penelitian kepurbakalaan seta penelitian epigrafi. Tanggal pendirian Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahir purbakala Indonesia.
Tanggal 14 Juni 2013 inilah genap usia 100 tahun purbakala Indonesia. Banyak sekali perubahan , tantangan dan pencapaian yang spektakuler seperti keberhasilan pemugaran Candi Borobudur dan candi Prambanan serta diterbitkannya Undang undang No. 5 1992 tentang benda Cagar Budaya yang telah direvisi menjadi Undang Undang No.11 Tahun 2010 tentang cagar Budaya.
Yogyakarta dikenal sebagai kota Budaya karena beragamnya cagar Budaya yang ada baik tangible maupun intangible. Untuk pelestariannya perlu upaya pengaturan , penglolaan dan tanggung jawab milik bersama. Dalam Peringatan 100thn Purbakala Indonesia bertepatan pada tanggal 14 Juni 2013, Badan Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta memberikan penghargaan Pelestari Cagar Budaya kepada : MAN Yogyakarta 2, SMP Bopkri 1 Yogyakarta, Kantor Pos Yogyakarta, Musholla ‘Aisyiah –Kampung Kauman, Pabrik Kecap “Cap Gentong” – Ngampilan, Eks Rumah Dinas Pabrik Gula Sewugalur –Brosot –Kulon Progo, Hostel Vogels-Kaliurang, Rumah tradisional RB.Sutrisno-Bambanglipuro-Bantul. Penghargaan diberikan di AULA BPCB Yogyakarta.
Selain itu Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta – Kementrian Kebudayaan dan Pendidikan R.I bekerjasama dengan Perkumpulan Filatelis Indonesia dan Pos Indonesia menerbitkan Sampul Peringatan Filateli dengan tema “JOGJA HERITAGE SITES”, dimana di dalam sampul peringatan filateli tersebut menampilkan gambar tentang tempat-tempat purbakala di Jogjakarta.Ditampilkan juga gambar-gambar Tamansari, Candi Sambisari, Candi Sari, Bale Kambang Ambarrukmo, Kantor Pos Jogja, dengan dibubuhkan prangko Candi Ratu Boko dan cap pos khusus Benteng Vredeburg dan Tugu Jogja.
“Dengan adanya pemberian penghargan kepada pelestari budaya dan penerbitan benda filateli ini, kita telah memciptakan memory yang berharga untuk mengedukasi masyarakat mengenal serta menjaga tempat-tempat tinggalan sejarah / purbakala kata Felix Firmano,”Kepala Kantor Pos Yogyakarta
“Kita wajib bertanggung jawab untuk menjaga tinggalan cagar budaya. Kekayaan itu tidak boleh kita biarkan sebagai sebuah tinggalan yang tanpa makna, kita semua berkepentingan untuk mengaktualisasikan akan kekayaan atau asset itu menjadi potensi yang bermanfaat untuk kehidupan, agar lebih peduli dan menghargai akan adanya sejarah dan budaya yang ada di Indonesia,” tambah Ari Setyastuti, Kepala Subbag TU Balai pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.