Bobobox terus menunjukkan dedikasinya terhadap pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, perusahaan tengah berfokus pada pengurangan jumlah limbah domestik yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Komitmen ini semakin diperkuat dengan program yang baru-baru ini diterapkan di Bobopod Pancoran, Jakarta. Melalui manajemen pengelolaan yang bertanggung jawab, Bobobox berhasil memanfaatkan kembali 100% dari 7.5 kuintal sampah yang dihasilkan di lokasi tersebut menjadi sumber daya yang bernilai.
Dalam menjalankan proyek manajemen sampah ini, Bobobox menjalin kemitraan strategis dengan Waste4Change, perusahaan pengelola sampah berkelanjutan di Indonesia. Kerja sama ini memungkinkan Bobobox memiliki ekosistem pengelolaan sampah yang semakin komprehensif, dengan Waste4Change menyediakan infrastruktur untuk pengumpulan dan pemrosesan akhir sampah. Pertama kali dijalankan pada Maret 2024, kolaborasi ini sukses memberikan dampak yang signifikan.
Berikut capaian pemanfaatan kembali sampah yang telah dilakukan oleh Bobobox bersama Waste4Change di Bobopod Pancoran.
● 95,80 kg sampah organik diproses menjadi kompos menggunakan metode Open Windrow dan dijadikan pakan ternak melalui budidaya BSF (Black Soldier Fly) yang kaya akan protein
● 286 kg dari sampah anorganik didistribusikan kembali untuk didaur ulang, dan
● 367,80 kg sampah residu diubah menjadi energi alternatif menggunakan teknologi RDF, yang tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga mampu menjaga kelestarian alam.
Dengan mengalokasikan kembali 100% sampah yang masuk, perusahaan sukses mencapai Zero Waste to Landfill, di mana tidak ada satupun sampah yang berakhir di TPA. Hal tersebut menjadikan Bobopod Pancoran sebagai portofolio akomodasi pertama Bobobox yang mencapai status Net Zero Waste Hotel.
Satria Gundara, ESG Program Manager Bobobox, mengatakan bahwa inisiatif ini menjadi tahapan progresif perusahaan dalam meningkatkan efektivitas proses manajemen sampah. “Sebagai salah satu pemain di industri pariwisata, kami melihat pengelolaan sampah sebagai bagian tak terpisahkan dari operasional bisnis kami. Dengan bekerja sama bersama Waste4Change, kini kami dapat menerapkan sistem manajemen yang lebih holistik, dari hulu ke hilir. Langkah ini menjadi penting dalam perjalanan Bobobox menuju Zero Waste to Landfill. Tidak hanya itu, kerja sama ini juga memungkinkan kami memberikan manfaat kepada masyarakat melalui prinsip ekonomi sirkular.”
Sebagai informasi, dengan tercapainya pengelolaan 7,5 kuintal sampah tersebut, Bobobox telah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 334.5 ton CO₂. Progres ini merupakan pencapaian yang signifikan dalam memerangi pemanasan global.
Hana Nur Auliana, Corporate Strategic Waste4Change, mengapresiasi Bobobox atas inisiatifnya untuk mengadopsi zero waste pada lini bisnis hospitality Bobobox.
“Kami di Waste4Change sebagai mitra Bobobox mendukung sepenuhnya untuk penerapan konsep tersebut mulai dari lokasi pilot ini untuk kedepannya dilakukan di seluruh produk akomodasi Bobobox. Kami berharap praktik baik keberlanjutan dari aspek manajemen sampah, dapat menginspirasi para pelaku jasa perhotelan secara lebih masif untuk wajah Indonesia yang ramah lingkungan,” ujar Hana.
Konsumen Semakin Siap Hadapi Transisi Berkelanjutan
Upaya Bobobox dalam mengelola sampah secara bertanggung jawab tidak hanya mencakup pengumpulan dan pemrosesan akhir sampah, tetapi juga melibatkan pemilahan dan pengelompokan sampah sejak awal. Dalam memungkinkan hal tersebut, Bobobox juga mengajak para tamu untuk turut serta dalam program ini. Mereka yang menginap diajak untuk memilah sampah dengan benar dan membuangnya pada tempat yang sudah ditentukan. Perusahaan memfasilitasi inisiatif tersebut dengan menyediakan tempat untuk untuk sampah organik, anorganik, dan residu. Hal ini menjadikan segregasi yang dilakukan menjadi lebih efektif dan terarah.
Observasi yang dilakukan oleh Bobobox lebih lanjut menunjukkan bahwa sebagian besar tamu Bobopod Pancoran memiliki kesadaran yang baik dalam memilah sampah. Laporan Waste4Change menunjukkan tingkat efektivitas pemilahan sampah oleh tamu Bobobox mencapai 49% di bulan Maret 2024. Tingginya persentase sampah yang dipilah dengan tepat dan dibuang pada tempat yang disediakan menjadi salah satu bukti dari kesiapan konsumen untuk mendukung pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan transisi berkelanjutan.
Temuan ini menjadi angin segar bagi upaya pelestarian lingkungan secara keseluruhan. Dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat, diharapkan semakin banyak individu yang akan aktif berkontribusi dalam upaya pengurangan sampah dan daur ulang dalam skala yang lebih luas.
Pendekatan Holistik Bobobox dalam Meminimalisir Dampak Lingkungan
Program pengelolaan sampah bukanlah merupakan inisiatif pertama yang dijalankan Bobobox untuk mengurangi dampak negatif dari operasional bisnis perusahaan terhadap lingkungan. Sebelumnya, perusahaan gaya hidup berbasis teknologi ini sudah terlebih dahulu mempertimbangkan aspek keberlanjutan sejak proses pengembangan desain produk.
Salah satu strategi yang diterapkan oleh perusahaan adalah melalui penggunaan kunci digital dalam bentuk QR Code untuk menggantikan kunci kamar tradisional. Dengan inisiatif QR Code ini, Bobobox mampu mengurangi penggunaan lebih dari 9,000 kunci kamar plastik dalam enam tahun terakhir. Pengurangan limbah plastik juga dilakukan pada tahap produksi dengan mengedepankan efisiensi material pada setiap pembuatan pods ataupun cabin.
Bobobox juga terus berupaya mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dalam kegiatan operasionalnya dengan menyediakan fasilitas pengisian ulang air minum. Langkah ini tercatat mampu mendorong konsumen untuk menggunakan botol air minum pribadi mereka dan mengisi ulang di filtrasi air yang disediakan oleh Bobobox.
“Harapannya, kami ingin mengurangi jumlah sampah plastik yang langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Selain itu, kami ingin memberikan contoh positif dalam manajemen sampah di sektor perhotelan, mendorong perusahaan lain untuk senantiasa menerapkan praktik keberlanjutan, terutama dalam pengelolaan limbah,” tutup Satria.