Masyarakat Banyuwangi menegaskan komitmennya untuk pembangunan pariwisata di daerahnya dengan ditandatanganinya MOU antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dengan pemerintahan desa. MOU itu berisi pencanangan 1000 homestay untuk memndukung sektor pariwisata di Banyuwangi. Penandatanganan MOU itu dilaksanakan pada pertemuan Diaspora Banyuwangi, Hari Jumat 8 Juli 2016 di Pendopo Sabha Swagata Blambangan.
Penandatanganan MoU ini dikawal langsung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya. Bupati Banyuwangi Azwar Anas juga ikut mendampingi menteri yang lahir di Banyuwangi itu. Selain itu, hadir pula Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, Kapolres Banyuwangi AKBP Budi Mulyanto, Dandim 0825 Banyuwangi Letkol Robi Bulan, Kepala Pengadilan Banyuwangi, Timur Pradopo dan Kepala Kejaksaan AA Adnyana.
“Kementerian Pariwisata mendorong pembangunan homestay di daerah-daerah wisata untuk memberi alternatif tempat menginap bagi wisatawan. Dan kami bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kempupera) serta BTN ( Bank Tabungan Negara) untuk mewujudkan 1.000 homestay di Banyuwangi,” ujar Menpar Arief Yahya saat memberikan sambutanya. “Desainnya harus mencerminkan kearifan lokal. Intinya bangunan yang khas Indonesia,” tutur Arief yang meneruskan pesan Presiden Joko Widodo itu.
Ada 17 desa/kelurahan yang ditunjuk sebagai area pengembangan homestay di Banyuwangi. Desa tersebut antara lain Kelurahan Temenggungan (Kecamatan Banyuwangi), Gombengsari (Kalipuro), Desa Bakungan dan Kampunganyar (Glagah), Banjar dan Tamansari (Licin), Kandangan (Pesanggaran), Sumberasri (Purwoharjo), dan Kalipait (Tegaldlimo). Tujuh belas kepala desa dan lurah tersebut langsung menandatangani perjanjian kesanggupan untuk mengembangkan homestay yang berwawasan lingkungan.
Bagaimana dengan skema pembiayaannya? Berapa bunga yang akan dibebankan kepada masyarakat yang ingin membangun homestay di 17 desa/kelurahan yang ditunjuk sebagai area pengembangan homestay di Banyuwangi?
Arief Yahya menjamin sistem pembiayaan pembangunan homestay tersebut akan mudah dan murah. Ada sejumlah BTN yang ikut digandeng untuk membiayai program tersebut. Para warga desa yang akan membangun homestay, dijamin akan dibantu pembiayaannya dari bank plat merah tersebut dengan cicilan dan bunga yang sangat ringan.
“Biayanya akan murah sekali. Skemanya, cukup membayar uang muka 1 persen dengan bunga fixed 5 persen. Tenornya hingga 20 tahun,” kata menteri yang merupakan putra asli Banyuwangi itu.
Bupati Banyuwangi Azwar Anas, langsung merespon dengan nada optimistis. ”Pengembangan wisatanya langsung melibatkan dan memberi manfaat bagi masyarakat. Ini pasti bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar obyek wisata. Ke depan, arsitektur bangunan homestay akan dibuat dengan arsitektur bergaya Suku Using,” kata Anas.
Pembangunan 1000 homestay di Banyuwangi pun diyakini Anas akan berjalan mulus. Itu dikarenakan sebelum penandatanganan MoU, Pemkab Banyuwangi sudah memberdayakan warga untuk mengembangkan homestay secara bertahap. Warga yang mengembangkan homestay dilatih dengan melibatkan instruktur dari sejumlah hotel berbintang di Banyuwangi dan Bali.
“Warga sudah dilatih manajemen penginapan yang bagus, termasuk yang terakhir ada pelatihan penyajian makanan khas Barat seperti burger agar bisa memenuhi permintaan wisatawan asing yang menginap,” ujarnya.