Pemerintah Kota Tidore, Maluku Utara, meluncurkan Festival Tidore 2017 di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata Jakarta. Peluncuran yang digelar pada hari Rabu, 5 April 2017 itu dhadiri oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, Wali Kota Tidore Ali Ibrahim dan Sultan Tidore Huseinsyah.
Penyelenggaraan Festival Tidore 2017 yang mengangkat tema “Merawat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim”. Festival ini juga digelar dalam rangka memperingati hari jadi Tidore ke-909 serta sebagai upaya menggali, mengembangkan sekaligus melestarikan warisan sejarah budaya Kesultanan Tidore sekaligus memperkenalkan dan mempromosikan Tidore dengan seni, alam dan budaya kesultanan,sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Maluku Utara khususnya Kota Tidore.
Pada penyelenggaran Festival Tidore 2017 yang memasuki tahun ke-9 ini, telah ditetapkan 3 top event. Pertama adalah Parade Juanga ((keliling pulau dengan kapal formasi perang oleh sultan dan bala tentaranya) berlangsung pada 10 April 2017, Kedua, perjalanan Paji (keliling pulau di darat dengan formasi perang menceritakan revolusi Sultan Nuku) pada 11 April 2017 dilanjutkan dengan kegiatan ketiga, Kirab Agung Kesultanan Tidore disinergikan dengan pembukaan Museum Maritim Dunia di Kedaton Tidore.
Arief Yahya melihat, Pulau Tidore mempunyai keunggulan dalam hal budaya dan Alamnya, terutama wisata bahari. “ Tiga Top Eevent dari Festival Tidore akan saya bawa ke kegiatan Festival Indonesia, namun harus berstandar nasional. Busananya, koreografinya, semua harus setingkat dengan standar nasional. Kebudayaan harus bisa komersil dan menghasilkan”, ujar Arief Yahya.
Dengan ditetapkannya Pulau Morotai, Maluku Utara sebagai satu di antara 10 destinasi prioritas dijadikan menjadi “Bali Baru” akan membawa dampak positif terhadap pariwisata Ternate dan Tidore. “ Tinggal bagaimana komitmen dari pemerintahnya, harus menyadari bahwa pariwisata adalah sector pembangunan yang sangat murah namun mempunyai multiplier effect yang sangat besar, “ kata Arief Yahya.
Sultan Tidore Huseinsyah menjelaskan, Festival Tidore diawali kegiatan Dowaro dalam tradisi adat Tidore adalah sebuah ritual untuk mengawali setiap kegiatan adat. Pada Festival Tidore, Dowaro diawali dengan prosesi kota Tupa/Sobaka Dorora ke rumah adat lima marga (Fola Sou Rom toha Tomayou) yang terletak di kaki gunung Kie Matubu untuk memohon doa restu.
Selain dimeriahkan acara 3 top event, Festival Tidore 2017 juga dilengkapi dengan 9 event utama dan event dukungan yaitu; Prosesi Kota Tupa (kerumah para Sowohi di Tambula, Folarora dan Guruabanga di kaki Gunung Kie Matubu); Prosesi Tagi Kie (perjalanan ke puncak Gunung Mar’ijan); Rora Ake Dango (upacara menyatukan air dari masing-masing rumah Sowohi RomtohaTomayou) Kota AkeDango; Siloloa Sultan Tidore; Perjalanan Paji Nyili-nyili (arak-arakan duplikat Paji Nyili-nyili) serta sejumlah event lain berupa pameran, karnaval budaya, lomba, pentas seni, maupun seminar budaya. “ Festival Tidore adalah upaya kami untuk melestarikan kearifan lokal, “ kata Walik Kota Ali Ibrahim
Aksesibilitas ke Tidore semakin mudah dengan adanya penerbangan dari Jakarta ke Bandara Babullah di Pulau Ternate setiap hari oleh Garuda, Sriwijaya Air dan Lion Air pada tengah malam dan tiba pagi hari dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Dari bandara dilanjutkan dengan menyeberang lewat Pelabuhan Bastiong (Ternate) ke Pelabuhan Rum (Tidore) menggunakan speed boat sekitar 5 menit atau kapal feri sekitar 30 menit.