Pemerintah Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) didukung oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kembali akan menggelar Festival Pesona Selat Lembeh 2017 yang akan berlangsung di Kota Bitung pada 6-10 Oktober 2017 mendatang.
Penyelenggaraan Festival Pesona Selat Lembeh (FPSL) 2017 merupakan upaya mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Bitung yang ditetapkan sebagai international hub sea port dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) serta menjadi kawasan industri dan perdagangan, kota pelabuhan internasional, kota perikanan, kota konservasi alam, serta kota pariwisata dunia.
Walikota Bitung Maximiliaan Jonas Lomban mengatakan, Selat Lembeh memiliki potensi pariwisata kelas dunia berupa; pesona bahari, persona flora, pesona fauna, pesona industri, pesona budaya, dan pesona sejarah yang kesemuanya gencar dipromosikan di tingkat nasional dan mancanegara. “Lembeh itu ibarat putri cantik yang sedang tidur dan saatnya kita bangunkan dengan event FPSL ini,” katanya Maximiliaan Jonas Lomban mendampingi Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (Deputi BP3N) Esthi Reko Astuty dalam jumpa pers persiapan penyelenggaraan FPDL 2017 di Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kemenpar, Senin (25/9).
Maximiliaan menjelaskan, sebagai kota bahari Selat Lembeh memiliki 95 titik selam dan ekowisata mangrove yang akan melengkapi destinasi wisata bahari Bunaken Manado yang sudah mendunia, sedangkan pesona flora dan fauna Lembeh memilih taman Nasional Tangkoko terdapat 233 spesies burung, mamalia, reptil dan amphibi serta binatang langka lainnya, termasuk primata langka tarsius yang menjadi perhatian masyarakat dunia. “Keragaman obyek dan daya tarik wisata menjadi keunggulan pariwisata Bitung,” kata Maximiliaan.
Untuk wisata leisure Kota Bitung memiliki keindahan pantai, resort dan hotel berbintang, homestay yang dikelola masyarakat dan pemandangan memukau dari Gunung Dua Sudara. Begitu juga untuk pesona bawah laut Selat Lembeh memiliki 95 titik selam dengan aneka biota langka berukuran kecil atau endemik dan tidak ditemukan di tempat lain seperti pigmy seahorse, hairy frogfish, dan mimic octopus . Biota langka dan edemi ini membuat Selat Lembeh mulai populer sebagai surga macro photography bagi para divers.
Kota Bitung juga menjadi tujuan wisata adventure dengan mengandalkan Cagar Alam Nasional Tangkoko sebagai rumah bagi ratusan mamalia, burung, reptil serta amfibi termasuk dua jenis primata endemik Sulut yang terancam punah yaitu Yaki dan Tarsius, serta tiga kawasan ekowisata; Ekowisata Pintu Kota, Ekowisata Kareko, dan Ekowisata Pasir Panjang dengan menyusuri hutan mangrove.
Deputi BP3N Esthy Reko Astuti mengatakan, posisi Kota Bitung yang strategis sebagai international hub sea port menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Bitung yang tahun 2016 lalu sebanyak 13.019 wisman dan 20.133 wisnus, sedangkan yang berkunjung ke Sulut sebanyak 1,8 juta wisnus dan 30 ribu wisman.
Sisi lain mudahnya aksesibilitas ke Bitung, berjarak hanya 40 kilometer atau sekitar 1 jam dengan berkendara dari Bandara Sam Ratulangi, membuat wisman yang datang ke Manado dari Cina, Makau, dan Hong Kong, atau pun Davao dan Cebu, Filipina yang dilayani Lion Air, Citilink, dan Sriwijaya Air mudah melanjutkan perjalanannya ke Kota Bitung.
Penyelenggaraan FPSL 2017 akan dimeriahkan dengan berbagai kegiatan antara lain; lari 10K, lomba/pentas seni budaya, photograpy competition bawah air dan landscape, festival kuliner, lomba renang Selat Lembeh, parade/ lomba perahu hias, rekor MURI menari Manekin terbanyak (kabasaran pato), parade yacht, festival tuna, dan perayaan menyambut HUT Kota Bitung sebagai puncak acara.