Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan target ideal untuk kedatangan wisatawan domestik dan mancanegara untuk tahun kedatangan 2022. Semangat optimis di tengah ketidakpastian akibat pandemi covid19 tetap membara dengan berbagai strategi dan program-program pendukungnya.
Untuk lebih menggali dan menyebarkan secara luas kepada masyarakat soal strategi dan program-program tersebut, Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Forwarparekraf) kembali mengadakan kegiatan yang kali ini berupa diskusi pariwisata yang dilakukan secara hybrid.
Seminar Nasional Bertajuk “ Menjaga Momentum Pemulihan Pariwisata mengejar Target 280 juta Wisnus di Tahun 2022” berlangsung pada 15 Februari 2022. Menghadirkan pembicara antara lain; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Raden Kurleni Ukar, Ketua DPP Astindo Pauline Suharno, Group Vice Presiden Marketing and Communication Samiling Tour and Travel Service Putu Ayu Arisdtyadewi dan Direktur Operasional dan Keuangan PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) Trisnadi Yulrisman serta sebagai moderator Wartawan Senior dari TTG Asia Mimi Hudoyo
Dalam sambutannya yang dilakukan secara virtual, Menparekraf menyampaikan harapannya kepada rekan-rekan media untuk selalu memberikan informasi pariwisata yang positif kepada masyarakat. “ Saya mengajak teman-teman forum wartawan untuk melakukan Upskill dan Reskill , dan dengan semangat Gerber, Gercep dan Gaspol melakukan Inovasi, kolaborasi dan Adaptasi, “ ujar menparekraf.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Raden Kurleni Ukar menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan pola pariwisata dari sebelum ke era pandemi. Dulu tempat wisata mengejar target pengunjung yang ramai, sekarang membatasi pengunjung dan jaga jarak. Untuk penerbangan yang dulu mengejar target jumlah penumpang, kini, lebih mengutamakan penerbangan langsung atau transit singkat serta penerbangan jarak pendek.
Untuk perilaku wisatawan yang dulu banyak menjual tempat wisata yang ramai dan wisata kota, kini lebih banyak yang menjual berwisata di alam terbuka dan mengutamakan perjalanan pribadi atau keluarga dibanding group.
Akomodasi juga kini lebih mengutamakan keamanan dan kebersihan serta sertifikasi CHSE dibandingkan dahulu mengejar kupansi yang penuh dan perang harga. Hingga label sertifikasi sangat penting dibanding saat sebelum pandemi, khususnya untuk akomodasi, restoran dan obyek wisata.
Untuk itu Kemenparekaf telah menetapkan strategi pemulihan pariwisata. Terdapat 3 tahap, yaitu tahap penyelamatan saat pandemi hingga tahun 2022, tahap pemulihan dari tahun 2022-2024, dan terakhir tahap tumbuh dan akselerasi dari tahun 2025 – 2029.
Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menyebutkan sejumlah tantangan yang masih dihadapi pariwisata domestik. Antara lain tantangan konektivitas, kapasitas penerbangan, termasuk persoalan harga.
“Kapasitas penerbangan masih menjadi tantangan apalagi kondisi pandemi. Saat ini penerbangan tidak terlalu banyak. Contohnya saya terbang dari Jakarta ke Manado itu biayanya sekitar Rp3,7 juta. Kalau orang tidak punya kepentingan mendesak, banyak yang lebih memilih pergi ke luar negeri yang lebih ekonomis,” ujarnya.
Sedangkan Group Vice President Marketing and Communication Smailing Tour and Travel Service Putu Ayu Aristyadewi menambahkan, dengan kondisi saat ini pihaknya menerapkan strategi meraih pasar yang lebih segmented dan targeted. Misalnya, segmen lansia, anak muda milenial, dan keluarga.
“Kami juga lebih menekankan pada produk berbasis experience yang unik dan hanya bisa didapat melalui travel agent,” paparnya.
Berkaitan dengan pengembangan destinasi desa wisata yang menjadi tren wisata di saat pendemi, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF sejak 2018 menyalurkan pembiayaan homestay. Direktur Operasional dan Keuangan SMF Trisnadi Yulrisman mengatakan, pembiayaan homestay menyasar seluruh pegiat pariwisata di desa wisata.
“Mereka bisa menggunakan dananya untuk membangun homestay, merenovasi rumah atau kamar yang bisa digunakan wisatawan,” ujarnya.
Trisnadi membeberkan, dana yang dialokasikan untuk program ini mencapai Rp20,2 miliar dan telah terealisasi sekitar Rp8,2 miliar dengan jumlah 100 debitur. “Kami menetapkan suku bunga yang sangat rendah yaitu flat dan fix 3% per tahun, dengan plafon maksimal Rp150 juta per rumah dan tenor 1-10 tahun,” jelas dia.
Trisnadi menambahkan, saat ini terdapat 12 desa wisata yang sudah menerima fasilitas pembiayaan dari SMF. Antara lain Desa Wisata Samiran, Nglanggeran, Kuta Mandalika, Sembalun, Mertak, Bangsring. Untuk tahun ini, perseroan negara menyasar lima lokasi baru, di antaranya di Likupang, Labuan Bajo, Banda Naira hingga Papua.