Indonesia Fashion Week 2015 telah usai digelar yang ditandai dengan seremoni penutupan yang berlangsung pada 1 Maret 2016. Dalam seremoni ini dihadiri oleh Kementerian Pariwisata, Arief Yahya dan Triawan Munaf, Ketua Badan Ekonomi Kreatif.
Berlangsung selama 4 hari, 26 Februari-1 Maret 2015, Indonesia Fashion Week 2015 berhasil mendatangkan 119.768 pengunjung dengan total transaksi senilai 87.6 miliyar. “Sebagai sebuah market place dengan jumlah pengunjung dan transaksi yang telah melebih target, Indonesia Fashion Week tak diragukan lagi keberhasilannya. Hal ini dipastikan akan terus tumbuh dengan pesat di tahun-tahun mendatang,” papar Triawan dalam sambutannya.
Indonesia Fashion Week 2015 berhasil menggelar exhibition (pameran dagang) taraf internasional yang menyajikan 747 label fashion lokal dan menampilkan 2.522 outfits karya 230 desainer tanah air dan manca negara (Jepang, Korea, India, dan Australia) dalam 32 fashion show yang meng-highlight produk ready to wear craft fashion.
Sesuai blueprint Ekonomi Kreatif Subsektor Mode, produk ready to wear craft fashion yang mengandung konten lokal merupakan komoditi mode yang potensial untuk merambah pasar global. Seperti yang kita ketahui,Indonesia memiliki potensi kreatif dan kekayaan budaya lokal dalam menghasilkan produk mode yang unik dan berbeda dengan negara lain sehingga memiliki daya jual yang tinggi di pasar global.
Dari 747 label yang tersedia di area exhibition terdapat 100 label lokal yang telah siap B2B (Business to Business). Label ready to wear yang berada di area B2B berpotensi untuk ekspor karena telah dipilih melalui proses seleksi dan kurasi ketat pada ajang Indonesia Fashion Week sebelumnya.
Penilaian kurasi antara lain berdasarkan keunikan produk, sumber daya manusia, manajemen bisnis, kontinuitas produksi, dan kesiapan ekspor. Para peserta B2B ini telah mengikuti program Indonesia Business Fashion Development (IBFD), yakni program inkubasi yang memberikan pelatihan kepada label lokal agar siap menjadi pemain B2B.
Ragam karya dengan inspirasi lokal dalam kemasan yang memenuhi standar global berhasil menarik perhatian lebih dari 180 buyer yang datang dalam perhelatan ini. “Buyer dari Swedia, Arab Saudi, Turki, Meksiko, Korea Selatan, dan Perancis yang datang telah menjajaki kerjasama dengan sejumlah desainer Indonesia, antara lain Sav Lavin, Populo, dan Lulu Lutfi Labibi. Para buyer tertarik pada produk yang punya keunikan dan kekhasan tersendiri dengan sentuhan konten lokal namun dengan look modern-kontemporer sesuai selera global,” papar Ali Charisma, Presiden Direktur Indonesia Fashion Week 2015.
Bukan hanya buyer dari manca negara, buyer lokal baik berupa department store, butik multilabel, fashion e-commerce, dan retailer pun tak terkecuali hadir dalam ajang ini untuk menjaring kerjasama dengan label dan desainer tanah air. Bahkan angka penjualan produk aksesori mengalami peningkatan cukup signifikan.
Heri Rusmiyati, pemilik brand aksesori Her Violet menyatakan penjualan produknya meningkat 30% dari tahun sebelumnya. “Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pengunjung Indonesia Fashion Week tahun ini meningkat drastis. Meskipun mayoritas masih pembelian secara retail, namun adapula pemesanan secara wholesale, antara lain buyer dari Bali,” papar Heri yang mengikuti Indonesia Fashion Week sejak pertama kali.
Untuk menyokong geliat bisnis busana muslim yang juga menjadi komoditi potensial untuk pasar ekspor, Indonesia Fashion Week 2015 menyediakan zona khusus busana muslim yang menampung sebanyak 160 booth. Area ini tak luput menjadi sorotan dari para buyer internasional. Antara lain Modanisa, perusahaan ritel pakaian muslim dalam jaringan (daring) asal Turki yang telah menjangkau 57 negara terutama di Eropa dan Amerika, menjajaki kerja sama dengan 10 desainer busana muslim, di antaranya Hannie Hananto, Itang Yunasz, Jenahara, Najua Yanti, dan Restu Anggraini. “Kami menunjuk desainer yang mampu menghasilkan produk unik, kreatif, berciri khas lokal Indonesia, dan sesuai selera pasar global,” ujar Franka Soeria, International Relations Manager Modanisa. Berpartisipasi dalam event ini, seperti yang diakui oleh Monique Wibisono, pemilik label busana muslim Malana Indonesia, selain angka penjualan secara retail yang meningkat, ternyata berhasil menjalin kerja sama dengan buyer dari Malaysia.
Sebagai upaya mengarahkan kreator mode di tanah air agar memenuhi standarisasi global yang memberikan perhatian terhadap isu “green”, Indonesia Fashion Week 2015 menetaskan arus baru Local Movement dan Green Movement yang menekankan pada gerakan untuk mengangkat kekayaan lokal dan kepedulian akan lingkungan hidup melalui kampanye “Fashionable People, Sustainable Planet”. Sejumlah peserta exhibition Indonesia Fashion Week yang menerapkan konsep sustainable fashion antara lain label Kana menarik minat buyer asal Jepang dan Perancis.
Untuk menggaungkan karya kreator mode Indonesia ke tingkat internasional, Indonesia Fashion Week 2015 telah berkolaborasi dengan delegasi dari sejumlah negara, antara lain Malaysia, Singapura, Australia, Hong Kong, Thailand, Jepang, Korea, India, Turki, Prancis, Italia, Swedia, Inggris, dan Venezuela. Selain itu, Indonesia Fashion Week 2015 mendapatkan sorotan dari media internasional, di antaranya dari Turki, Italia, Amerika Serikat, Singapura, Hong Kong, Afrika Selatan.
Meskipun Indonesia Fashion Week 2015 terbilang sukses diselenggarakan, tentu saja masih perlu dilakukan perbaikan lagi agar harapan terhadap ajang ini dalam mewujudkan Indonesia sebagai sentra mode dunia dapat tercapai. Di tahun-tahun mendatang, Indonesia Fashion Week akan lebih memperkuat sektor B2B dengan meningkatkan jumlah buyer lokal maupun internasional yang potensial untuk memasarkan produk mode Indonesia ke tingkat global.
Seperti yang diutarakan oleh Triawan, “Indonesia Fashion Week sebagai fashion movement perlu strategi yang lebih kuat lagi ke depannya. Perlu dipikirkan adanya pemisahan kegiatan namun tetap dalam satu rangkaian di mana Indonesia Fashion Week menjadi ajang eksplorasi ide melalui showcase bagi ide-ide besar dan lahirnya konsep-konsep baru dari para desainer Indonesia. Kemudian bisa disambung dengan fashion trade show yang mengakselerasi perdagangan dan harus ditumbuhkan transaksi business to business seperti yang dicita-citakan.
Sehingga dengan datangnya international buyer, Indonesia Fashion Week akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan devisa negara. Marilah kita perkuat terus nilai kreativitas dan desain sebagai mata uang baru atau new currency bagi Indonesia melalui Indonesia Fashion Week.”