Pada forum ASEAN Tourism Association (ASEANTA) 2016, yang berlangsung pada 18-22 Januari 2016, Wonderful Indonesia meraih 3 penghargaan dari 6 penghargaan yang diperlombakan. Acara yang berlangsung di Hotel Sofitel Manila, Filipina itu, dua penghargaan direbut rival utama Malaysia, dan satu sisanya diambil Singapore. Ibarat pertandingan, skor Indonesia-Malaysia 3-2 di konferensi yang mengangkat tema “One Community for Sustainability” itu.
Ketiga kategori yang berhasil diboyong ke tanah air itu antara lain: Kategori Best ASEAN Tourism Photo, Agung Parameswara dengan karya fotografi berjudul “Morning In Bromo, Indonesia.” Foto bidikan anak Bali ini mengambil angel pemandangan Bromo, salah satu dari 10 destinasi prioritas nasional. Foto dengan bingkai pariwisata yang amat mengesankan.
Kategori lainnya adalah, Best ASEAN Cultural Preservation Effort, yang dimenangi Saung Angklung Mang Udjo, Bandung. Tokoh yang amat concern dengan musik tradisional Sunda, Jawa Barat. Hadiah itu diterima Taufik Hidayat, Manajer Saung Mang Ujo.
Pada kategori ketiga yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya adalah Best ASEAN Travel Article, dengan tema “The Perfect Wave” di Colour Magazine, Garuda Indonesia. Sentot Mujiono, Vice President Asia Region yang menerima award itu.
Menpar Arief Yahya yang duduk di atas panggung panjang bersama seluruh menteri itu ikut berdiri dan mendampingi para penerima piala. Begitupun Wakil Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia, Datuk Mas Ermieyati binti Syamsudin dan Singapore yang turut naik ke atas panggung.
“Awarding di level regional dan global itu harus kita rebut. Istilahnya kalibrasi, yakni kalau kita mengikuti kriteria yang berstandar internasional, yang sudah teruji dan terbukti di destinasi kelas dunia, itu sudah pasti baik. Otomatis, objek wisata kita juga available dengan wisman yang sudah berpengalaman internasional juga,” kata dia.
Bagi Menpar Arief Yahya, award juga membuat kita semakin confidence, percaya diri, bahwa kualitas layanan dan atraksi yang dimiliki tidak kalah dari negara lain. Melihat potensi pariwisata Indonesia, memang tidak boleh merasa rendah diri apalagi merasa rendah. “Award juga mendongkrak kredibilitas kita di dunia internasional. Apalagi award itu diperoleh dengan cara-cara yang fair, betul-betul karena kualitas, dan dikeluarkan oleh lembaga yang kredibel,” kata Mantan Dirut PT Telkom itu.
“Indonesia harus menjadi leader, pemimpin di regional ASEAN dan menuju ke global. Penghargaan dari ASEANTA dan UN-WTO itu adalah bukti, “ lanjut Arief, “bahwa jika serius, tidak ada yang tidak bisa. Mengejar award, dengan segala kriteria itu, secara otomatis akan mendekatkan diri pada standar dunia. “Ada 14 pilar yang kita pakai sebagai acuan, yang juga dijadikan alat ukur competitiveness index oleh World Economic Forum (WEF).
Karena itu Menpar Arief Yahya memproyeksikan untuk menyapu bersih ASEANTA Award tahun depan. Sekaligus menemukan destinasi baru yang akan diformat menjadi calon-calon jawara. “Sekaligus ajang kompetisi yang fair. Kita punya banyak potensi kok?” sebutnya. Menpar menyebut 10 destinasi unggulan yang akan menjadi 10 “Bali baru”. Dari Toba, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Jawa Timur, Mandalika Lombok, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.
Pengamat ekonomi yang juga founder MarkPlus Hermawan Kertajaya memperkuat asumsi Menpar Arief Yahya itu. “Kalau Brand Equity kuat, maka ada beberapa benefit. Indonesia akan makin masuk consideration set para turis yang mau milih destinasi. Terutama bagi yang belum punya awareness tinggi terhadap Indonesia,” jelas Hermawan.
Lalu, lanjut dia, Country Brand Indonesia akan menjadi makin tajam sesuai dengan kategori penghargaan. “Ini sangat penting untuk masuk dalam segmen yang pas dengan kategori yang bersangkutan,” ungkap Hermawan. Di sinilah, pentingnya memperkuat dan mempertajam branding Wonderful Indonesia di semua lini, termasuk memenangi persaingan di ajang penghargaan manapun.