Dalam rangka diversifikasi destinasi wisata alam, Kemenparekraf berkepentingan untuk mengembangkan destinasi wisata alam di taman – taman nasional, dengan menyusun pola perjalanan wisata alam.
Setelah mengunjungi Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Kepulauan Seribu, kini Tim Pola Perjalanan Kemenparekraf mengunjungi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada tanggal 18 – 24 November 2020.
Kawasan TNGL terletak di 2 provinsi, yaitu provinsi Aceh (meliputi kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Gayo Lues) dan provinsi Sumatera Utara (meliputi kabupaten Langkat dan Karo).
TN Gunung Leuser merupakan habitat dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan invertebrata. Diantaranya langka dan dilindungi. Empat spesies yang menjadi satwa kunci adalah Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Orangutan Sumatera dan Badak Sumatera.
Tim Pola Perjalanan Wisata ALam Kemenparekraf mengindentifikasi pola perjalan wisata yang dapat dikembangkan di TNGL dan merekomendasikannya untuk pengembangan produk wisata.
Rekomendasi tersebut akan digunakan oleh para wisatawan atau agen perjalanan di dalam dan luar negeri serta para pemangku kepentingan lainnya agar meningkatkan kualitas perjalan wisata, salah satunya dengan meningkatkan lama tinggal dan kualitas pengalaman berwisatanya.
Kawasan dari TNGL yang ditinjau oleh Tim Pola Perjalanan Kemenparekraf adalah Ketambe – Lawe Gurah, Kedah, Bukit Lawang dan Tangkahan.
Ketambe adalah salah satu tempat dimana terdapat pusat penelitian yang telah lama berdiri, sejak tahun 1971. Stasiun Penelitian Ketambe namanya. Untuk mencapai Kawasan Lawe Gurah – Ketambe dapat ditempuh dari Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara sejauh 30 km.
Daya Tarik di sini adalah kekayaan flora dan faunanya, serta atraksi wisata alamnya. Di kawaan ini hidup orang utan Sumatera, monyek ekor Panjang, lutung, kukang, burung rangkong dan masih banyak lagi.
Atraksi Kawasan yang diapit dua sungai besar, yaitu Alas dan Ketambe ini sangat banyak. Mulai dari trekking hutan hujan tropis, air terjun hingga arung jeram dan sumber air panas alami. Wisatawan bisa menikmati keindahan flora fauna dan atraksi alamnya, sambal melihat kekayaan seni budaya masyarakat setempat. Penginapan yang ada masih didominasi oleh hotel kelas melati dan homestay. Terdapat juga cottage dan bungalow di dalam Kawasan taman nasional.
Kemudian tim polper juga meninjau Kawasan Kedah, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Luwes yang dikenal sebagai pintu gerbang untuk wisata pendakian gunung. Dari tempat ini banyak penikmat wisata petualanagn memulai perjalanan untuk mendaki Gunung Leuser, Gunung Kemiri, maupun Gunung dan Danau Marpunge
Dari Kawasan Aceh Tenggara, tim polper berpindah ke wilayah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tepatnya di Kawasan Bukit Lawang. Yang menarik di sini adalah adanya stasiun pengamatan orangutan. Selain itu di sini wisatawan dapat menikmati perjalanan di dalam Kawasan hutan tropis dalam kawasan taman nasional dan menikmati keseruan wisata arung jeram atau tubing.
Kemudian tim polper berpindah ke Kawasan Tangkahan, masih dalam wilayah Kabupaten Langkat. Wilayah ini dulu dikenal sebagai tempat pembalakan liar dengan tingginya permintaan produksi kayu. Namun sejak tahun 2004, mulai dikembangkan menjadi pusat wisata alam andalan Sumatera Utara oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan saat itu. Pariwisata Tangkahan adalah bukti kejasama banyak pihak untuk mendukung pelindungan taman nasional.
Dengan kekayaan flora dan fauna serta alamnya yang indah, wisatawan dapat menikmati perjalanan di dalam hutan sambil menaiki gajah lewat paket patroli gajah, menikmati keseruan perjalan di dalam hutan dengan mengujungi air terjun, goa alam dan tebingnya, serta menikmati perjalanan sambal berarung jeram atau tubing.
Dari perjalanan ini tim polper juga mendapat informasi adanya pengembangan destinasi wisata di wilayah Bukit Lawang dan Tangkahan, yaitu Batu rongring, Batu katak, Dusun Pancasila dan Damar Hitam
Photo by : Dokumentasi Tim Polper Kemenparekraf