Kota Tanjungpinang menggelar kegiatan Festival Pulau ountuk masyarakat yang tertarik dengan sejarah dan kebudayaan Melayu. Diadakan di Tanjungpinang pada 14-18 Februari 2018. Akan ada lebih dari 20 agenda pada Festival Pulau Penyengat 2018.
Ada lomba dayung sampan, lomba pukul bantal di laut, lomba nambat itik di laut, dan lomba becak motor hias. Selain itu, ada juga pangkak gasing, syahril gurindam 12, membaca gurindam 12, pertunjukan wayang cicak, dan kegiatan klinik sastra.
Selain itu, ada Fashion Malay Penyengat Syawal Serantau, Hunting Photography Penyengat Halal Competition, dan Short Film Netizen Penyengat Halal Competition.
“Ada pula acara seru lainnya seperti Tour Pattern Penyengat Halal Competition, Khazanah Kompang Melayu. Agenda ini sekaligus menjadi sarana pertunjukan dan hiburan bagi wisatawan dan masyarakat Tanjungpinang,” sebut Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata (Dispar)Kota Tanjungpinang, Reni Yusneli.
Reni optimis, festival ini juga berpotensi menjaring wisman di wilayah perbatasan. Di samping jaraknya yang relatif dekat dengan Malaysia dan Singapura, kedekatan kultur dan budaya pun menjadi pertimbangannya. Apalagi budaya Melayu di wilayah ini masih sangat kental dan tetap dilestarikan.
“Karena dengan festival yang dilandasi dengan budaya, dipastikan tingkat kunjungan wisatawan dari negara tetangga semakin bertambah. Itu juga akan memajukan daerah serta meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat,” papar Reni.
Dari sekian banyaknya kegiatan, lanjut Reni, ada tiga acara unggulan yang akan menjadi atraksi paling menarik. Yaitu Kompetisi Malay Fashion Carnaval, Parade Melayu dan Muslim Fashion, juga Bazar Melayu Fashion. “Event ini terus menyasar crossborder tourism karena dekat dengan Malaysia dan Singapura,” kata Reni.
Pulau Penyengat yang dikenal dengan sebutan Pulau Penyengat Indra Sakti atau Pulau Penyengat Mas Kawin dan pernah menjadi pusat Kerajaan Riau-Lingga.
Berdasarkan sejarah, pulau ini merupakan tempat pertahanan Raja Kecil melawan serangan Tengku Sulaiman dari Hulu Riau pada tahun 1719. Kemudian, sejumlah benteng pertahanan dibangun pada 1782-1784 untuk menghadapi perang melawan Belanda.
Ada juga Masjid Sultan Riau yang berdiri sejak 1832. Konon, masjid tersebut dibangun dengan campuran putih telur. Tak jauh dari masjid ini, ada komplek makam Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja Abdurrahman.
UNtuk mencapai Pulau Penyengat pengunjung dapat menumpang kapal mesin. Jaraknya dekat hanya 10 hingga 15 menit menyebrang. Ongkos menyeberangnya terjangkau, cuma Rp 7.000 per orang.