Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, menyampaikan capaian-capaian sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama tiga tahun terakhir. Hal ini disampaikan pada acara jumpa pers pada hari Senin, 6 Oktober 2014, di Balirung Sapta Pesona.
Selain mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh komponen masyarakat yang telah mendukung dan mengkritisi kebijakan untuk terselenggaranya program dan kegiatan Kemenparekraf, dalam kesempatan itu Menparekraf juga menyampaikan optimismenya mengenai peran sektor ekraf yang makin kian strategis dalam perekonomian mendatang.
“Selama tiga tahun terakhir kunjungan wisatawan mancanegara meningkat terus dan sektor ekonomi kreatif berkembang sejalan dengan dinamika para orang kreatif untuk menciptakan nilai tambah. Pada saat ekonomi dunia tidak pasti dan ekspor barang kita melemah karena harga dan permintaan komoditas turun, kedua sektor ini resilien dan bahkan memberi kontribusi ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan dan menghasilkan devisa,” Ungkap Menparekraf.
Pencapaian yang diraih antara lain;
Jumlah wisman meningkat. Dari 7,0 juta di 2010 menjadi 8,8 juta di 2013 dengan pertumbuhan rata-rata 8,5% dan untuk Januari-Agustus 2014 telah mencapai 6.155.553 wisman (pertumbuhan 9,1%) sehingga masih optimis target 9,5 juta wisman akan tercapai.
Ditinjau dari sisi negara asal wisman, lima sumber wisman terbesar sejak 2011 sampai dengan Agustus 2014, adalah Singapura, Malaysia, Australia, RRT dan Jepang. Untuk Januari – Agustus 2014, RRT dengan pertumbuhan 27,6% dan India 16,7% serta Singapura 13,1%. Jumlah wisman dari RRT Januari – Agustus 2014 sudah mencapai 645.483 wisatawan atau tumbuh 27,6 persen dari 2013 yang hanya mencapai 505.812 pada periode yang sama.
Pertumbuhan dari Timur Tengah juga masih dalam kisaran tinggi. Pendapatan devisa meningkat dari $7,6 milyar di 2010 menjadi U$ 10 milliar di 2013 (pertumbuhan 10,7%), dan diproyeksikan sekitar US$ 11 miliar atau tumbuh 10,7% pada 2014.
Selain wisatawan mancanegara, wisatawan Nusantara juga mengalami kenaikan jumlahnya. Pergerakan wisatawan nusantara yang rata-rata tiap tahun meningkat dari 234,4 juta perjalanan di 2010 menjadi 248 juta perjalanan di 2013, dan pada tahun 2014 diperkirakan pergerakan wisnus sebesar 255 juta perjalanan dengan pengeluaran mencapai Rp 180 triliun akan tercapai di 2014.
Dari sisi pertumbuhan sektor pariwisata, pada tahun 2011-2012 sedikit di bawah pertumbuhan nasional, namun pada dua tahun terakhir ini berada diatas rata-rata pertumbuhan nasional. Kontribusi Pariwisata kepada PDB adalah 4% dan 3,9% di 2012-13 atau sedikit di bawah sasaran 4,15 dan 4,2%, tetapi untuk penciptaan lapangan pekerjaan jauh di atas target dimana penciptaan lapangan pekerjaan di 2012 dan 2013 adalah 9,8 dan 10,2 juta (8,9% dari total tenaga kerja dan sektor pencipta tenaga kerja terbesar keempat) dibandingkan dengan target 8 dan 8,4 juta.
Pertumbuhan investasi juga sangat tinggi terutama di 2012 sebesar 211% dan mencapai $870 juta dan di semester I, 2014 mencapai $256 juta atau pertumbuhan 115% dibanding semester 1, 2013.
Kinerja beberapa tahun terakhir ini, mengambarkan kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional yang semakin besar. Ini terasa saat perekonomian nasional menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam karena keadaan ekonomi dunia yang masih tidak pasti dan turunnya harga komoditas.
Pariwisata mengalami peningkatan kontribusinya, yaitu naik dari 10% menjadi 17% dari total ekspor barang dan jasa Indonesia dan posisinya sebagai penyumbang devisa terbesar meningkat dari peringkat ke-5 menjadi peringkat ke-4 dengan penghasilan devisa sebesar 10 Milyar USD.
Lalu apakah kedepan Indonesia siap bersaing? Menurut World Economic Forum (2013), daya saing pariwisata Indonesia meningkat, dari peringkat ke-74 dari 139 negara pada tahun 2011 menjadi peringkat ke-70 dari 140 negara. Untuk ASEAN daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat 4. Masih banyak pekerjaan rumah (PR) untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.
Untuk itu Menparekraf Mari Leka Pangestu bersama jajaranya mengusulkan rencana jangka menengah pengembangan pariwisata 2015-2019. Usulan tersebut a.l:
Meningkatkan jumlah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional menjadi 25 (Termasuk 16 yang sudah ada) dengan perencanaan dan implementasi yang lebih baik dan terkoordinasi. Meningkatkan promosi pasar wisman primer (Singapura, Malaysia, Australia, Tiongkok), promosi pasar wisman sekunder (Jepang, Korea Selatan, Philipina, Taiwan, USA, UK, Perancis), pasar wisman tersier (India, Belanda, Timur Tengah, Jerman, Rusia) dengan kriteria peningkatan kuantitas dan kualitas wisman.
Meningkatkan pengembangan wisata tematik dan minat khusus serta implementasi rencana aksi yang sudah ada serta lebih mendalam lagi. Selain itu untuk pasar wisatawan Nusantara, diharapkan pemerintah mendatang lebih menggenjot pasar dalam negeri terutama dari 16 pasar wisnus (Jabar, Jateng, Jatim, DKI, Sumut, DIY, Sulsel, Bali, Banten, Lampung, Sumsel, Sumbar, Kalsel, Riau, NTT dan Aceh).