Lomba internasional menyusuri Sungai Musi di Sumatera Selatan kembali digelar. Musi Triboatton 2015 kali ini akan berlangsung pada 12-19 Desember 2015. Diharapkan dipenghujung tahun ini, musim hujan sedang turun dan debit air sungai naik, sehingga Sungai Musi layak untuk dijadikan tempat lomba.
Rabu, 11 November 2015, Musi Triboatton 2015 diluncurkan di Balairung Soesilo Soedarman, Kementrian Pariwisata Jakarta. Hadir dalam peluncuran tersebut, Menteri Pariwisata Arief Yahya didampingi oleh Wakil Gubernur Sumatera Selatan Ir. H. Ishak Mekki.
Lomba yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata yang bekerja sama dengan Pemerintah daerah di Sumatera Selatan ini akan terbagi dalam 5 etape dan akan melewati 5 kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Empat Lawang dan Kota Palembang.
Dengan panjang rute 500 kilometer, peserta Musi Triboatton akan mengikuti lomba menyusuri Sungai Musi dengan 3 jenis lomba yaitu, Rafting ( Arung Jeram) , Kayak dan Dragon Boat ( Perahu Naga). Peserta terdiri dari 15 tim dan 6 diantaranya dari luar negeri, yaitu Singapura, Malaysia, Hong Kong, Brunei Darussalam, Australia dan Filipina.
Sungai Musi, Ikon Wisata Sumatera Selatan
Dalam sambutannya, Arief Yahya menekankan agar Sumatera Selatan menjadikan Sungai Musi sebagai ikon wisata. Untuk itu ia menghimbau agar masyarakat Sumatera Selatan lebih menghargai sungai dan menjadikannya beranda depan rumah, bukan beranda belakang rumah.
Menteri Pariwisata yang baru saja berkunjung ke London untuk kegiatan World Travel Mart, menyaksikan Sungai Thames di London sebagai ikon wisata Kota London. “ Di sana sungai dijadikan beranda depan, penataan dimulai dari sungai, taman, jalan, lalu rumah atau bangunan, saya berharap pemerintah Sumatera Selatan di kota kota lainnya di Indonesia yang kotanya dibelah oleh sungai menerapkan kebijakan yang sama, “ ujarnya.
Jika Sungai Musi dijadikan pusat pariwisata Palembang dan Sumatera Selatan, diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat. “ Bisa saja yang dulu nelayan lalu menjadi pemandu wisata sungai. Hal ini sesusai dengan prinsip ekonomi pariwisata, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan, “ tambahnya.