Pariwisata Indonesia lagi-lagi mendapatkan penghargaan dalam ajang internasional. Setelah memenangkan penghargaan dalam ajang World Halal Tourism Award 2015, maka pada 21 Januari 2016 dii Madrid, Spanyol, Indonesia berhasil meraih 3 penghargaan pada UN-WTO (United Nation World Tourism Organization) Award.
Ketiga peraih penghargaan tersebut adalah Kabupaten Banyuwangi, Garuda Indonesia dan Yayasan Karang Lestari. “Ini modal yang kuat untuk memperkuat brand value kita, mendongkrak country image, menaikkan trust dan ujungnya menghasilkan lebih banyak kunjungan wisatawan ke Indonesia,” ujar Menpar Arief Yahya.
Sebelumnya Menpar Arief Yahya mengusulkan secara resmi 3 andalan Indonesia untuk dinilai oleh lembaga pariwisata PBB itu. Lalu pada tanggal 20 Januari 2016, Asdep Pengembangan Komunikasi Pemasaran Mancanegara Kemenpar, Noviendi Makalam kembali mempresentasikan secara live streaming di hadapan tim. Jurinya sendiri tidak langsung di lokasi, tetapi memantau perdebatan melalui video streaming, sangat fair dan profesional.
Alhasil, Kab Banyuwangi tampil sebagai pemenang UN-WTO Awards in Innovation in Public Policy and Governance. Temanya: Re-inventing the Local Government in Tourism, Culture and Tourism Banyuwangi Regency Office, Indonesia. Banyuwangi mengalahkan Responsible Tourism and Free of Crime, ALcaldia Medellin, Columbia, dan East Africa Tourism Platform, Kenya.
Penghargaan kedua diterima Indonesia melalui kategori UNWTO Awards for Innovation in Enterprises. Garuda Indonesia dan Coca Cola Amatil Indonesia menjadi runner up pertama dengan tema “Bali Clean Up” dan Runner up keduanya First Professional Experience Project Melia Hotels International, Spanyol. Juara satu di kategori ini adalah Treetop Wlaking Path, Anyksciai Tehional Park Direction, Lithuania.
Penghargaan ketiga diterima Indonesia adalah Yayasan Karang Lestari, Coral Reef Reborn in Pemuteran Bali. Dia masuk the first runner up dari kategori UNWTO Award for Innovation in Non-Governmental Organizations. Runner up kedua, Children in the Wilderness, Afrika Selatan. Adapun pemenang pertamanya, Sisterhood of Survivor Program, Sasane, Nepal.
Ajang Penghargaan itu sendiri dihadiri oleh sekitar 500 undangan dari seluruh dunia. Puluhan menteri pariwisata dari berbagai negara juga menyimak satu demi satu pemenangnya.
Delegasi Indonesia terdiri dari Wakil Tetap RI untuk UNWTO, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol Yuli Mumpuni Widarso, Bupati Banyuwangi Abdullah Aswar Anas, Bupati Buleleng Bali, Putu Agus, Asdep Eropa, Amerika, Asdep Pengembangan Pasar Eropa,Timteng, Amerika&Afrika, Nia Niscaya, Asdep Pengembangan Komunikasi Pemasaran Mancanegara Kemenpar Noviendi Makalam dan beberapa staf Kemenpar.
Menpar Arief Yahya yang sedang menghadiri ASEAN Tourism Fair (ATM) 2016 di Manila, Filipina pun menerima ucapan selamat atas penghargaan yang prestisius itu. Apa makna global award itu buat pariwisata Indonesia? “Kalau menghitung brand value, itu ada teorinya, ada ilmunya, Ogilvy PR consultant Kemenpar yang nanti akan menghitung. Misalnya, ketika country image naik 10%, dampak terhadap tourism 11%, impact terhadap investment naik 1%. Itu ada hitungannya, yang didapat dari hasil survei di banyak negara,” jelas Arief Yahya.