Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi membuka Forum Budaya Dunia (WCF) di Mangupura Hall, BICC (Bali International Convention Center), Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin pagi, 25 November 2013.
Bertemakan “Kekuatan Budaya dalam Pembangunan Berkelanjutan”, WCF yang merupakan forum budaya internasional pertama di dunia berlangsung sampai Rabu, 27 November. Forum ini dihadiri oleh perwakilan 40 negara termasuk Kepala Negara, peraih Nobel, para menteri kebudayaan, ahli-ahli terkemuka, pembuat kebijakan senior, LSM, praktisi budaya dan pemegang kepentingan lainnya.
Acara pembukaan secara simbolis ditandai dengan Bapak Yudhoyono membunyikan kul kul, didampingi oleh Francesco Bandarin, asisten direktur jendral UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan); Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; serta I Made Mangku Pastika, Gubernur Bali.
Sebelum memukul kul kul, SBY dan Muh.Nuh menyampaikan pidato mereka.
SBY dalam pidatonya mengatakan dia sangat senang melihat antusias dan keingintahuan para partisipan Forum budaya Dunia yang pertama ini. “Dan saya juga ingin memuji Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan UNESCO, karena menyelenggarakan forum yang baik ini di Bali.”
Tema Forum ini adalah “Kekuatan Budaya dalam Pembangunan yang Berkelanjutan” sangat tepat saatnya, katanya lebih lanjut. “Tentu saja, komunitas internasional telah mengetahui pentingnya budaya dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan, adil dan inklusif. Ini nyata dalam proses antar pemerintahan di PBB.”
Ia mengingat bahwa tahun 2011 dalam resolusi penting, PBB menyatakan budaya adalah faktor penting dalam pembangunan manusia. “Saya sangat senang dengan WCF menjadi forum yang memberikan kesempatan bertemunya berbagai Negara untuk terlibat dalam diskusi tentang bagaimana komunitas dunia bisa secara bergandengan tangan mengharmonisasi keberagaman budaya.”
Berbicara dalam forum ini, Muh.Nuh mengingat di tahun 2005 ketika Bapak Yudhoyono pertama kali mencetuskan idenya tentang pentingnya budaya dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Mimpi Presiden Indonesia untuk menjadikan Bali sebagai pusat budaya terealisasi delapan tahun kemudian, seraya dunia menyaksikan Indonesia menjadi tuan rumah WCF.
“Ini berarti kita harus menganggap budaya sebagai elemen penting. Kita tidak akan punya masa depan tanpa adanya budaya,” kata Muh.Nuh.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga memperingatkan bahaya konflik budaya dan dominasi. “Kita perlu konvergensi budaya, dan tidak akan mencapai titik konvergensi tanpa menciptakan dialog. Ini merupakan fondasi yang memuluskan jalan terhadap ide untuk mengadakan WCF.