Di era serba digital saat ini, tantangan profesi seorang tour leader ( TL ) dalam sebuah paket perjalanan wisata menjadi sangat besar. Di era informasi online seperti sekarang banyak wisatawan yang mendapatkan banyak informasi mengenai destinasi wisata, sehingga semuanya dapat dikerjakan sendiri tanpa peran agen perjalanan.
Namun Tedjo Iskandar, pendiri Tourism Training Center ( TTC) yang dikenal sebagai seorang senior TL, hal tersebut bukan hambatan dalam berbisnis. “ Masih banyak orang yang membutuhkan agen perjalanan, terutama group. Bahkan pasarnya semakin menarik, Karena banyak masyarakat golongan super rich yang menginginkan paket perjalanan yang bersifat prbadi , “ ujarTedjo dalam acara diskusi ringan seputar profesi TL bersama dengan Forum Wartawan Pariwisata ( Forwapar) di Omah Tedjo di kawasan Kemayoran Jakarta, pada hari Jumat, 9 November 2018.
Profesi TL dulu dianggap sebelah mata, namun kini menjadi profesi yang menjanjikan, selain bisa keliling dunia secara gratis dan dibayar, mendapatkan kesempatan mengunjungi tempat-tempat berkelas dan bisa eksis di media sosial. “Rata – rata bayaran harian seorang professional TL antara 50-75 US$ per hari, itu juga ditambah tip yang rata-rata 2-3 US$ atau Euro per perjalanan, “ kata Tedjo menambahkan.
Memang tanggung jawab seorang TL sangat besar. “ Saat bekerja, harus siap 24 jam untuk melayani tamunya, “ tegas Santoso, salah satu seorang TL senior yang juga ketua komunitas TL, Patriot 38. “ Jam kerja TL mulai pukul 8 pagi saat mulai tour hingga 8 malam saat kembali ke hotel, “ tambah Santoso. Walaupun jam kerja hanya sampai jam 8 malam, kadang ada ajakan untuk tetap menemani tamu, jalan-jalan atau lainnya yang bersifat pribadi, dalam hal ini TL harus pintar dalam bersikap.
Sebetulnya profesi seorang TL ada tingkatannya, mulai dari pramuwisata muda, pramuwisata madya hingga akhirnya jadi seorang TL. “ Jadi tidak bisa baru stau dua kali ke Paris lalu bisa menjadi seorang TL, seperti banyak yang terjadi saat ini, banyak yang menjual paket open trip, “ timpal Tintin, juga seorang TL senior yang ikut nimbrung dalam acara diskusi TTC.
Di era milenial ini, perubahan selera peserta tour juga berubah. Tintin menuturkan “ Tamu milenial sekarang lebih suka wisata yang bersifat experience dibanding sekedar datang dan melihat-lihat, mereka juga sangat akrab dengan gadget, “ cerita Tintin.
Pada akhir diskusi Tedjo dan Santoso berpesan untuk para TL muda, boleh saja mengikuti jaman, misalnya membawa tamu ke suatu destinasi wisata sambil bermain gadget sambil ngevlog atau lainnya. “ Tetapi mereka harus tetap professional. Tetap disiplin, on time dan jujur, “ pesan mereka.