Kadang sampah kertas kita sering berujung ke tempat sampah saja, bekas buku, majalah, berkas kantor menumpuk dan terbuang begitu saja menumpuk atau dijual kiloan ke pengepul. Banyak yang tidak menyadari sampah bekas kertas dapat didaur ulang menjadi benda-benda yang berguna.
Hal inilah yang dilakukan oleh Theo Setiaji Sutedja. Pria yang mengaku sebagai aktifis lingkungan sejak jaman kuliah ini, pernah miris melihat hutan gundul akibat pembalakan liar. Ia ingin agar ada gerakan pengunaan produk berbasis kayu seperti kertas didaur ulang agar mengurangi penebangan hutan.
Hingga akhirnya di tahun 2004, ia mendirikan The Griya di Pulau Lombok, tepatnya di Kota Ampenan. The Griya lebih ditunjukkan sebagai rumah inspirasi dan galleri seni kertas atau paper art. Sebelum masa pandemi banyak kegiatan bersifat edukasi untuk masyarakat bagaimana memanfaatkan sampah kertas menjadi produk yang berguna.
Mulai anak PAUD hingga mahasiswa disiapkan kegiatannya. Bahkan mahasiswa cukup membawa 5 kilogram sampah kertas sebagai pengganti biaya lokakarya. Peserta diberi pengetahuan ketrampilan bagaimana mengolah sampah kertas menjadi berbagai produk .
Produk yang dipajang dan dijual di dalam The Griya sangat beragam. Mulai dari asbak, pajangan hingga meja kursi dan tiang-tiang ornament untuk interior. Harganya pun dijual dari Rp 50.000,00 hingga 5 juta Rupiah, tergantung besar dan sulitnya proses pengerjaan.
Proses pembuatannyq sederhana. Cukup kertas lembaran, dihancurkan dengan air, lalu kita lebur secara manual dengan tangan hingga menjadi bubur. Kemudian bubur kertas dikeringkan, hingga 0,2 persen sisa airnya. Lalu buburkertas dicampurkan dengan lem kertas, hingga menjadi seperti dodol. Semakin halus butiran bubur yang sudah kering , semakin kuat kualitasnya.
“ Produk-produk kami sudah lolos uji coba, mulai dari dibakar pakai bensin hingga di tenggelamkan ke dalam air selama 2×24 jam, hasilnya produk yang dibakar tetap utuh. Produk yang ditenggelamkan juga hanya hancur sedikit lapisan luarnya, “ ujar Theo. “ Perawatannya juga mudah hanya bersihkan debu-debu yang menempel dengan air, “ tambahnya.
Namun The Griya bukannya pabrik produk-produk dari kertas daur ulang. Impian Theo Setiadi Sutedja adalah sebuah museum paper art.” Apa yang sudah dibuat baru 10% dari rencana saya, mendirikan museum paper art pertama di Indonesia. Saya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa di Lombok Indonesia ada orang-orang yang masih peduli terhadap lingkungan “ , ujar Theo.